Jika ada seorang pedagang rakit datang ke kota besar kemudian ia menawarkan kepada setiap orang dengan harga yang sangat mahal, tentu setiap warga yang ditawari tidak ada yang mau membeli. Jangankan membeli, menawar harganya pun tidak ada yang mau. Lah, mahal sekali harganya. Tidak kira-kira, pedagang tersebut menjual rakitnya seharga dengan mobil Toyota Avanza yakni sekitar Rp. 150.100.000.
Sudah berkeliling tidak ada yang mau membeli, akhirnya dia pun memberi potongan Rp.100.000 kepada yang mau membeli rakitnya sebelum matahari terbenam menjadi Rp. 150.000.000 saja. Namun, sampai matahari terebenam pun tetap tidak ada yang mau membeli. Padahal memang tidak ada yang istimewa dari rakitnya. Bukan terbuat dari emas atau pun perak. Hanya terbuat dari kayu biasa dengan bentuk yang sangat sederhana. kemudian untuk menarik hati warga, ia pun menurunkan harganya menjadi Rp. 100.000.000 saja. Sampai malam tidak ada yang mau membelinya juga, ia pun dengan berani menurunkan harganya menjadi Rp.1.000.000 tok. Namun sayang, tetap tidak ada yang mau membeli. Di sela-sela keputusasaannya yang terkahir, ia pun dengan berat hati menjual rakitnya dengan harga Rp. 10.000 saja. Tetapi malangnya tetap tidak ada yang mau membeli. Bahkan seorang perempuan yang tua renta datang kepadanya memberi uang Rp.10.000 bukan untuk membeli rakitnya tetapi kasihan melihatnya seharian penuh menjual rakit tetapi tidak laku-laku.
Tidak ada satu pun para pengusaha di sana yang membutuhkan rakit tersebut karena mereka pergi ke kantor tidak memerlukan rakit. Namun berbeda jadinya jika pada suatu hari ketika bencana alam datang dimana seluruh gedung-gedung hancur dan semuanya tenggelam oleh banjir yang amat dahsyat, tiba-tiba seorang pedagang rakit datang untuk mencoba menawarkan rakitnya. Semua orang disana tentunya akan berebut ingin membeli rakitnya meskipun harganya seharga mobil toyota avanza sekalipun atau jika dinaikkan harganya seharga Kapal Pesiar Titanic pun mereka sanggup untuk membeli karena bagi mereka pada saat itu bukan lagi harta tetapi yang penting bisa selamat dari banjir.
Inilah analogi dakwah kita di dunia. Meskipun ada banyak ulama yang menyeru untuk beribadah tetapi masih banyak umat muslim yang tidak menghiraukannya bahkan banyak yang tidak mempedulikan seruan para alim ulama tersebut. Mereka menganggap itu tidak penting dan tak perlu dihiraukan. yang penting bagi mereka adalah menumpuk kekayaan bukan menumpuk amal. Tetapi nanti di akhirat saat manusia akan dihitung amal perbuatannya, barulah mereka menyadari betapa berharganya dulu saat di dunia jika diisi dengan ibadah meskipun hanya membaca Al-Qur'an satu ayat. Kelak setiap orang akan mencari-cari apa saja amal kebaikan yang telah dilakukan di dunia ibarat mencari uang koin Rp. 100 perak saat ingin membeli minuman untuk menghilangkan haus yang teramat sangat. Begitulah di akhirat, untuk masuk syurga amalan baik seseorang harus lebih banyak daripada amal buruknya sehingga ia akan mencari-cari amal kebajikan untuk menebus amal jeleknya meskipun kecil sebesar zarah.
Di dunia, beramal soleh seakan tidak ada gunanya. Berbuat baik seakan percuma. Tidak seperti berbisnis yang bisa menghasilkan keuntungan harta yang melimpah. Tetapi di akhirat nanti uang milyaran yang kita kumpulkan jika tida disodakohkan, zakat tidak ditunaikan, orang fakir miskin dibiarkan kelaparan, dan tidak dimanfaatkan waktunya untuk beribadah, maka sia-sialah semua waktu yang ia habiskan di dunia.
Oleh karena itu, pada hari ini, sepatutnya kita bertekad untuk mengerjakan semua kegiatan yang baik dan menjauhi semua perbuatan buruk. Menjaga niat untuk berbuat baik karena niat beribadah kepada Tuhan, Allah SWT Yang Maha Pencipta dan meneladani sifat-sifat Nabi Muhammad SAW yang berahlak mulia. Menanam pohon kebaikan dan mencabut akar kejahatan. Menyayangi diri dengan menyayangi saudara. Masa lalu telah berlalu, dan masa depan akan datang. Ia hanya belum berbentuk, maka kitalah yang harus membentuknya menjadi masa yang indah untuk di kenang dan manis untuk dipetik di akhirat kelak. Menghadapi masa depan dengan penuh semangat untuk meraih kehidupan yang lebih baik dengan menjadi manusia yang sangat bermanfaat bagi umat.
"Menjadi orang sukses adalah menjadi seseorang yang bukan hanya banyak ilmu dan hartanya tetapi banyak beramal dengan keduanya".
Salam
Saepul gen's
Sudah berkeliling tidak ada yang mau membeli, akhirnya dia pun memberi potongan Rp.100.000 kepada yang mau membeli rakitnya sebelum matahari terbenam menjadi Rp. 150.000.000 saja. Namun, sampai matahari terebenam pun tetap tidak ada yang mau membeli. Padahal memang tidak ada yang istimewa dari rakitnya. Bukan terbuat dari emas atau pun perak. Hanya terbuat dari kayu biasa dengan bentuk yang sangat sederhana. kemudian untuk menarik hati warga, ia pun menurunkan harganya menjadi Rp. 100.000.000 saja. Sampai malam tidak ada yang mau membelinya juga, ia pun dengan berani menurunkan harganya menjadi Rp.1.000.000 tok. Namun sayang, tetap tidak ada yang mau membeli. Di sela-sela keputusasaannya yang terkahir, ia pun dengan berat hati menjual rakitnya dengan harga Rp. 10.000 saja. Tetapi malangnya tetap tidak ada yang mau membeli. Bahkan seorang perempuan yang tua renta datang kepadanya memberi uang Rp.10.000 bukan untuk membeli rakitnya tetapi kasihan melihatnya seharian penuh menjual rakit tetapi tidak laku-laku.
Tidak ada satu pun para pengusaha di sana yang membutuhkan rakit tersebut karena mereka pergi ke kantor tidak memerlukan rakit. Namun berbeda jadinya jika pada suatu hari ketika bencana alam datang dimana seluruh gedung-gedung hancur dan semuanya tenggelam oleh banjir yang amat dahsyat, tiba-tiba seorang pedagang rakit datang untuk mencoba menawarkan rakitnya. Semua orang disana tentunya akan berebut ingin membeli rakitnya meskipun harganya seharga mobil toyota avanza sekalipun atau jika dinaikkan harganya seharga Kapal Pesiar Titanic pun mereka sanggup untuk membeli karena bagi mereka pada saat itu bukan lagi harta tetapi yang penting bisa selamat dari banjir.
Inilah analogi dakwah kita di dunia. Meskipun ada banyak ulama yang menyeru untuk beribadah tetapi masih banyak umat muslim yang tidak menghiraukannya bahkan banyak yang tidak mempedulikan seruan para alim ulama tersebut. Mereka menganggap itu tidak penting dan tak perlu dihiraukan. yang penting bagi mereka adalah menumpuk kekayaan bukan menumpuk amal. Tetapi nanti di akhirat saat manusia akan dihitung amal perbuatannya, barulah mereka menyadari betapa berharganya dulu saat di dunia jika diisi dengan ibadah meskipun hanya membaca Al-Qur'an satu ayat. Kelak setiap orang akan mencari-cari apa saja amal kebaikan yang telah dilakukan di dunia ibarat mencari uang koin Rp. 100 perak saat ingin membeli minuman untuk menghilangkan haus yang teramat sangat. Begitulah di akhirat, untuk masuk syurga amalan baik seseorang harus lebih banyak daripada amal buruknya sehingga ia akan mencari-cari amal kebajikan untuk menebus amal jeleknya meskipun kecil sebesar zarah.
Di dunia, beramal soleh seakan tidak ada gunanya. Berbuat baik seakan percuma. Tidak seperti berbisnis yang bisa menghasilkan keuntungan harta yang melimpah. Tetapi di akhirat nanti uang milyaran yang kita kumpulkan jika tida disodakohkan, zakat tidak ditunaikan, orang fakir miskin dibiarkan kelaparan, dan tidak dimanfaatkan waktunya untuk beribadah, maka sia-sialah semua waktu yang ia habiskan di dunia.
Oleh karena itu, pada hari ini, sepatutnya kita bertekad untuk mengerjakan semua kegiatan yang baik dan menjauhi semua perbuatan buruk. Menjaga niat untuk berbuat baik karena niat beribadah kepada Tuhan, Allah SWT Yang Maha Pencipta dan meneladani sifat-sifat Nabi Muhammad SAW yang berahlak mulia. Menanam pohon kebaikan dan mencabut akar kejahatan. Menyayangi diri dengan menyayangi saudara. Masa lalu telah berlalu, dan masa depan akan datang. Ia hanya belum berbentuk, maka kitalah yang harus membentuknya menjadi masa yang indah untuk di kenang dan manis untuk dipetik di akhirat kelak. Menghadapi masa depan dengan penuh semangat untuk meraih kehidupan yang lebih baik dengan menjadi manusia yang sangat bermanfaat bagi umat.
"Menjadi orang sukses adalah menjadi seseorang yang bukan hanya banyak ilmu dan hartanya tetapi banyak beramal dengan keduanya".
Salam
Saepul gen's
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar dan terimakasih..
Yuk Silaturahmi dengan tukeran link atau follow di Blogger Community
TUNGGU KEDATANGAN KAMI DI BLOG MU
Salam
Saepul Gen's