Di dalam kehidupan sehari-hari sering kita menghadapi problematika hidup dikarenakan kita jarang mengedepankan akal (pemikiran) sehingga ketika masalah muncul kita kewalahan dalam mengahadapinya. Hemat saya, sebab utama kenapa manusia selalu kebingungan dalam menghadapi persoalan hidupnya karena manusia itu sendiri selalu menanyakan apa yang akan diperbuatnya kepada perasaannya bukan kepada akalnya (pemikirannya), sehingga akal diabaikan dan perasaan yang sangat dekat hawa nafsu menjadi terus diikuti sehingga membuat manusia itu sendiri tidak bijak dalam melakukan suatu tindakan.
Perlu kiranya kita merubah paradigma hidup kita bahwa tidak selamanya perasaan (hati) berkata benar. Terkadang kita merasa mengikuti hati padahal hawa nafsu yang sedang ia ikuti. Solusinya, agar kita tidak menjadi budak nafsu maka kita harus mengedepankan pemikiran (akal) dalam setiap perbuatan.
Misalnya, pukul 2 pagi kita bangun tidur sedangkan waktu subuh pukul 4.30 pagi. Jika kita menanyakan kepada perasaan, ia akan menjawab sebuah jawaban yang menyenangkan hati seperti , "lebih baik tidur lagi karena waktu subuh masih lama, kalaupun mau tahajud nanti aja bangun lagi jam 4 subuh supaya nanti di tempat kerja gak ngantuk". Padahal jika saat tersebut ditanyakan kepada akal, ia akan menjawab, "jangan tidur lagi karena setelah bangun lalu tidur lagi sangat besar kemungkinan kita akan lebih pules sehingga bisa-bisa shalat subuh jadi kesiangan." Begitulah. Akal selalu memberi jawaban yang logis, sedangkan perasaan selalu memberi jawaban yang menyenangkan dan tidak selamanya yang menyenangkan itu akan membawa kebahagiaan bahkan bisa jadi membawa kemudharotan.
Oleh karenanya mulai dari saat ini, marilah kita belajar untuk lebih kritis kepada diri apakah yang sedang atau akan saya lakukan ini baik tau tidak. Tidak peduli menyenangkan atau tidak, yang penting apakah ini membawa kebiakan atau ,alah keburukan. Seperti bangun subuh-subuh memang tidak menyenagkan tetapi ini membawa kebaikan sehingga perlu dilaksanakan.
Kemudian agar akal kita memberi jawaban yang tepat, maka perlu kita isi akal (pemikiran ) kita dengan ilmu yang benar. Jika kita mengedepankan akal tetapi akalnya sendiri ngaco dan tida berilmu, ini malah akan bahaya. Oleh karenanya, teruslah mencari ilmu di manapaun dan kapanpun. Karena dengan ilmu, akal akan tahu mana yang baik dan mana yang buruk sehingga kita pun akan lebih bersyukur kepada Sang Pencipta yang telah memberi akal kepada kita dengan sempurna sehingga akhirnya dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.
Semoga bermanfaat.
Salam
Saepul Gen's
Perlu kiranya kita merubah paradigma hidup kita bahwa tidak selamanya perasaan (hati) berkata benar. Terkadang kita merasa mengikuti hati padahal hawa nafsu yang sedang ia ikuti. Solusinya, agar kita tidak menjadi budak nafsu maka kita harus mengedepankan pemikiran (akal) dalam setiap perbuatan.
Misalnya, pukul 2 pagi kita bangun tidur sedangkan waktu subuh pukul 4.30 pagi. Jika kita menanyakan kepada perasaan, ia akan menjawab sebuah jawaban yang menyenangkan hati seperti , "lebih baik tidur lagi karena waktu subuh masih lama, kalaupun mau tahajud nanti aja bangun lagi jam 4 subuh supaya nanti di tempat kerja gak ngantuk". Padahal jika saat tersebut ditanyakan kepada akal, ia akan menjawab, "jangan tidur lagi karena setelah bangun lalu tidur lagi sangat besar kemungkinan kita akan lebih pules sehingga bisa-bisa shalat subuh jadi kesiangan." Begitulah. Akal selalu memberi jawaban yang logis, sedangkan perasaan selalu memberi jawaban yang menyenangkan dan tidak selamanya yang menyenangkan itu akan membawa kebahagiaan bahkan bisa jadi membawa kemudharotan.
Oleh karenanya mulai dari saat ini, marilah kita belajar untuk lebih kritis kepada diri apakah yang sedang atau akan saya lakukan ini baik tau tidak. Tidak peduli menyenangkan atau tidak, yang penting apakah ini membawa kebiakan atau ,alah keburukan. Seperti bangun subuh-subuh memang tidak menyenagkan tetapi ini membawa kebaikan sehingga perlu dilaksanakan.
Kemudian agar akal kita memberi jawaban yang tepat, maka perlu kita isi akal (pemikiran ) kita dengan ilmu yang benar. Jika kita mengedepankan akal tetapi akalnya sendiri ngaco dan tida berilmu, ini malah akan bahaya. Oleh karenanya, teruslah mencari ilmu di manapaun dan kapanpun. Karena dengan ilmu, akal akan tahu mana yang baik dan mana yang buruk sehingga kita pun akan lebih bersyukur kepada Sang Pencipta yang telah memberi akal kepada kita dengan sempurna sehingga akhirnya dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.
Semoga bermanfaat.
Salam
Saepul Gen's